Namanya Heidi Puspita. Cewek yang hobi sekali membaca zodiak. Orangnya lincah dan banyak omong, ada saja bahan obrolannya. Ntah benar atau salah apa kata zodiak, dia tidak peduli. Just for fun, katanya.
Heidi sejak kuliah terobsesi dengan jurnalistik. Selain dia suka menulis panjang lebar tentang sesuatu yang menarik minatnya, dia juga suka tantangan sebagai seorang reporter. Dia juga rela memulainya ketika ditempatkan di Bandung, yang juga kota favoritnya.
Sebenarnya isu-isu politik menarik minatnya, tapi ntah mengapa Pemrednya lebih suka hasil liputannya yang berhubungan dengan sosial budaya. Termasuk liputan on air nya yang mengangkat berita-berita kebebasan dikalangan kaum muda kota Bandung. Kadangkala ia memberikan liputan eksklusif. Nah, aku salah satu korbannya. Tapi ntah mengapa, aku selalu saja tidak bisa menolak permintaannya.
Acara gaul anak muda, musik dan akting,dan tema-tema kehidupan malamnya menjadi kekuatan tersendiri bagi pendengar Radio Funtastic FM yang baru berdiri 3 tahun ini.
![]() |
Stood out yellow umbrella as Sutra was waiting |
Pertemuanku dengan Hed dimulai 5 tahun lalu saat ia reportase tentang tempat-tempat ngumpul terfavorit di Bandung. Kami bertemu di depan Plaza Dago. Kawasan ramai dengan mojang dan bujang Bandung yang cihuy dan stylish. Jagung bakar dan colenaknya menghangatkan suasana malam. Belum lagi konser-konser live band anak muda, dari yang coba-coba sampai yang sudah kondang dan go international. Dahulu kafe-kafe tendanya seperti mawar mekar kala siang berganti malam.Tapi jangan salah, kawasan ini juga pernah dipakai longmarch seluruh mahasiswa Bandung pada peristiwa 1998. Saat jatuhnya mantan Presiden Soeharto yang sempat berjaya selama 32 tahun di Indonesia. Walau sudah jatuh namun efeknya seperti korupsi, kolusi dan nepotisme masih sulit dihapuskan dari bumi Indonesia. Kesannya, pembangunan yang ada hanya sebatas fisik semata.
Saat itu hujan deras, tepat jam empat sore, hari sabtu. Aku mau malam mingguan. Hed dengan jas hujannya, kepala tertutup rapat, pakai kacamata John Lennon berwarna kuning, sepatu kets putih yang terlihat kotor berlumpur. Dalam hatiku berkata, pasti dia bakal repot deh harus mencuci sepatu sekotor itu. Dibuang saja kali. Merokok pula. Kemudian kutahu itu jenis mentol mild. Dia berjalan kearahku sambil menghisap rokoknya terburu-buru. Dengan tinggi hampir 170cm, aku kira dia cowok. Sama sekali tak terlihat feminin, apalagi attraktif. Memang tomboi sih dia.
Sekitar 5 meter di depanku, kulihat jari-jarinya yang lentik panjang menjepit rokok, terkesan feminim. Lalu dia menyapaku dengan kata-katanya yang terdengar konyol.
“Mas, boleh nebeng payungnya ga?”
“Oh ya, silahkan,” jawabku.
“Mas, hujan deras begini nekat sekali pakai baju dan celana panjang kuning. Mana rambutnya mengkilat lagi. Dari jauh seperti patung lilin yang bergerak.”
“Apa?” aku kaget dengan keterus terangannya. Atau kekurang ajarannya?
“Eh...oh...maaf....! Sekarang celananya jadi kotor tuh.” Dia semakin cerewet menurutku. Phwww.
Huh, dasar cewek cerewet. Peduli apa dia? Aku memang baru keluar dari Yospie Salon. Seorang klienku yang nyentrik memintaku berbusana dan berdandan necis begini. Semua dari A sampai Z yang aku kenakan ditubuhku adalah inisiatifnya, termasuk barang-barang pilihan dan pemberiannya. Si Nyonya Marleen, berdarah indo, baru cerai dari suaminya yang setahun terakhir hanya ketemu 3 kali. Di dalam sedannya, dia menungguku menyeberangi jalan Dago saat itu.
Pertemuan sore itu sangat singkat. Ketika Hed menyinggung pakaianku, aku hanya bilang aku mau ke party dan ini dress code yang aku harus kenakan. Langsung setelah itu ia mengeluarkan kartu namanya dan menyatakan kalau dia tertarik meliput macam-macam dress code dalam pesta-pesta serta apa makna di belakangnya. Aku dengan kaget menerima kartu nama tersebut karena tidak aku sangka ternyata dia orangnya, yang suka cas cis cus dalam acara radio tentang anak muda di kota Bandung secara live, yang sering aku dengar di radio Funtastic FM. Ohhooo...ternyata dia! Penyiar Heidi Puspita yang suara dan gaya siarannya akrab ditelingaku.
** Continue to part 4 **
No comments:
Post a Comment